Prinsip - Prinsip Belajar
Seperti John Watson (1913), Skinner percaya bahwa psikologi dapat menjadi sains hanya melalui studi perilaku. Berbeda dengan Watson, Skinner mempelajari jenis perilaku yang lain, perilaku yang tidak secara otomatis dipicu oleh stimulus tertentu.
Definisi Belajar
1. Asumsi : -Belajar adalah perubahan perilaku/ behavioral
-Perubahan perilaku secara fungsional berkaitan dengan perubahan dalam lingkungan atau kondisi
-Hukum relasi antara perilaku dan lingkungan dapat ditemukan hanya jika sifat behavioral dan kondisi eksperimental didefinisikan dalam istilah fisik dan diamati di bawah kondisi yang terkontrol.
-Data dari studi eksperimental atas perilaku adalah satu-satunya sumber informasi tentang penyebab perilaku yang dapat diterima
Dasar rasional : Agar dapat disebut sains, psikologi harus :
(a) mempelajari kejadian yang dapat diamati dan dapat diukur
(b) dilakukan di dalam kondisi yang dikontrol dengan cermat
(c) menentukan kejadian lingkungan yang merupakan penyebab
2. Asumsi : Perilaku subjek individual adalah sumber data yang tepat
Dasar rasional : Relasi yang tepat hanya dapat diungkap melalui riset atas subjek individual
3. Asumsi : Dinamika interkasi organisme dengan lingkungan adalah untuk semua spesies
Dasar rasional : Karena tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kejadian yang tampak memperkuat atau melemahkan frekuensi respons (perubahan behavioral), maka organisme tertentu (hewan atau manusia) bukan faktor utama.
Skinner (1950) secara spesifik mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku. "Belajar bukan melakukan- belajar adalah mengubah apa yang kita lakukan" (Skinner, 1989a, h. 15).
Komponen Belajar
Skinner (1953, 1963b) mengidentifikasi riset Thorndike sebagai basis untuk memahami perubahan perilaku. Thorndike telah mengidentifikasi tiga komponen penting dari perubahan perilaku (Skinner, 1953). Yakni: a. kesempatan di mana perilaku terjadi; b. perilaku itu sendiri; c. konsekuensi dari perilaku (Skinner, 1953; 1968, h.4). Yakni respons sering diberikan pada lingkungan untuk menghasilkan jenis konsekuensi yang berbeda, dan konsekuensi tertentu menimbulkan pengulangan respons. Skinner (1935) menamakan respons ini sebagai berpenguat.
Salah satu kekurangan dalam analisis Thorndike adalah dia menyebut konsekuensi yang menyebabkan peningkatan perilaku itu sebagai imbalan (reward), masalahnya adalah imbalan itu mengimplikasikan ganjaran untuk sesuatu yang dilakukan (Skinner, 1989b, h.92) atau kompensasi yang mengganti pengorbanan tertentu (Skinner, 1963b, h.505).
Skinner mengganti istilah imbalan dengan istilah konsekuensi yang menguatkan (reinforcing consequences) dan penguatan (reinforcement), dan mendefinisikannya dalam makna kaitannya dengan perilaku. Secara khusus, penguatan adalah setiap konsekuensi behavioral yang memperkuat perilaku; yaitu, penguat meningkatkan frekuensi respons. Kejadian yang menguatkan adalah hasil yang diproduksi oleh berpenguat yang mengubah organisme sedemikian rupa sehingga perilaku itu diulang, Skinner mengidentifikasi tiga komponen belajar sebagai stimulus diskriminatif (SD), respons (R) dan stimulus penguat (Sreinf) dan sekuensi peristiwa belajar adalah: (SD)-(R)-(Sreinf).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar